ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DITINJAU
DARI JENIS KELAMIN,UMUR, DAN SUKU PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 35 MEDAN PADA
KELAS VII TAHUN 2013
Defifor Wira Oliyaman Waruwu
Email : defifor.31@gmail.com
HP : 085362011936
Abstrak
Penelitian ini menguraikan analisis perbedaan motivasi peserta didik
didasarkan atas masalah yang terjadi
dilingkungan pendidikan menyangkut pemahaman yang benar tentang pentingnya
motivasi bagi peserta didik yang beragam di suatu lembaga pendidikan. Adapun
tujuan penelitian yang didasarkan pada masalah tersebut antara lain: (1) Untuk
mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari jenis kelamin;
(2) Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari
jenis umur; (3) Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik
ditinjau dari jenis suku. Keseluruhan tujuan ini akan diuraikan pencapaiannya
dengan menggunakan metode survei lapangan berbasis instrumen kuesioner yang
seragam diberikan kepada 30 responden di SMP Negeri 35 Medan. Kuesioner ini di
validasi oleh dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan dan didasarkan
pada 8 indikator yang dikemukakan oleh para ahli bidang pendidikan. Setiap
indikator diuraikan dalam beberapa pernyataan dengan pilihan jawaban dengan
skala sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi peserta didik ditinjau dari jenis
kelamin, umur, dan suku. Pertama, peserta didik laki-laki memiliki motivasi
yang lebih baik dari peserta didik perempuan. Kedua, peserta didik yang
memiliki umur yang lebih tua memiliki motivasi yang lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik dengan umur yang lebih muda. Ketiga, peserta didik dari
Suku Batak, Suku Jawa, Suku Padang, Suku Aceh, Suku Mandailing, Suku Sunda, dan
Suku Nias memiliki motivasi yang baik.
Kata Kunci : Motivasi, Jenis Kelamin, Umur, Suku.
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Motivasi seorang peserta didik mungkin
berbeda dengan peserta didik lainnya. Peserta didik pada dasarnya merupakan
pribadi yang sangat unik dengan berbagai macam tingkah laku dan pola pikir.
Peserta didik yang saat ini dalam lingkup pendidikan belum menunjukkan tingkat
keberhasilannya terutama dalam belajar. Namun sebaliknya banyak peserta didik
belum mampu melihat dan menggunakan motivasi beljarnya baik yang berasal dari
dalam dirinya maupun motivasi yang berasal dari luar dirinya.
Di lain pihak juga, beraneka ragam jenis
motivasi yang baik dan buruk yang muncul dalam diri peserta didik. Ada yang
disebabkan oleh lingkungan, ada juga yang disebabkan oleh karena pertumbuhan
dan perkembangan. Dalam perkembangannya banyak siswa sering menyalahgunakan
motivasi dalam pribadi mereka karena konsep diri yang tidak baik, keterlambatan
dalam tugas perkembangannya, dan banyak hal lain yang tidak mampu dikendalikan
dengan baik oleh peserta didik.
Apabila diperhatikan lebih jauh , ternyata
banyak juga pendidik terutama di sekolah belum mampu memberikan motivasi yang
tepat kepada peserta didiknya. pemberian motivasi itu bisa didasarkan atas
kebutuhan peserta didik atauu lebih dispesifikasikan juga berdasarkan unsur
intrinsik dan ekstrinsiknya. Namun yang ditekankan di sini adalah bahwa
pendidik hendaknya mampu memberikan motivasi berdasarkan kebutuhan motivasi
tersebut bagi peserta didik.
Dalam melihat pribadi seseorang peserta didik
maka diperlukan berbagai indikator yang mampu menunjukkan tingkat pencapaian
hasil sebagai produk acuan standar dalam menentukan motivasi peserta didik.
Indikator ini akan menguraikan secara rinci bagaimana sebenarnya motivasi
seseorang dalam hal mencapai atau mewujudkan sesuatu dalam dirinya. Dalam
pembahasan ini, hal yang ingin dicapai atau diwujudkan adalah motivasi belajar.
Maka indikator yang akan diuraikan kemudian adalah indikator motivasi belajar
peserta didik yang menyangkut 8 kajian yakni: (1) kuatnya kemauan untuk
berbuat, (2) jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, (3) kerelaan meninggalkan
kewajiban/tugas lain,(4) ketekunan dalam mengerjakan tugas, (5) dapat
mempertahankan pendapatnya, (6) ulet dalam menghadapi kesulitan, (7) lebih
senang bekerja mandiri, dan (8) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah orang dewasa.
Hal ini kemudian akan diklasifikasikan
pencapaiannya berdasarkan klasifikasi umur, jenis kelamin, dan suku
masing-masing peserta didik.
Jika ditinjau dari segi umur, banyak konsepsi
bahwa motivasi seseorang juga disebabkan oleh perbedaan umur. Ini didasarkan
atas tingkat kesadaran yang dipahami oleh pribadi tersebut. Jadi dari sisi
umur, maka peserta didik yang memiliki umur yang sedikti lebih tua dari yang
lainnya akan memiliki motivasi belajar yang baik.
Dari segi suku, persepsi orang dan penelitian
juga menunjukkan tingkat perbedaan dalam motivasi belajar meskipun dalam skala
kecil. Namun hal ini juga dilandasi oleh unsur gen pembentuk struktur dalam
tubuh atau otak pribadi tersebut. Dalam kajian ini, peneliti belum mampu
menentukan jenis suku yang memiliki motivasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan suku-suku lain. Akan tetapi akan diulas dengan data hasil
penelitian disertai keterangan yang mampu peneliti torehkan nantinya.
Sementara dari segi jenis kelamin, juga
terjadi perbedaan berdasarkan pandangan dan penelitian terdahulu. Landasan atas
hal ini yakni menyatakan bahwa kebanyakan peserta didik laki-laki lebih
mengutamakan kehendak hatinya dan kesenangan semata, sedangkan peserta didik
perempuan kebanyakkan lebih memiliki pemahaman yang baik tentang arahhan dan
motivasi dari pendidiknya. Jadi, peserta didik perempuan akan lebih memiliki
motivasi belajar lebih dibandingkan dengan peserta didik laki-laki.
Dari berbagai pertimbangan di atas, maka
peneliti ingin mengetahui secara nyata tentang perbedaan motivasi belajar siswa
tersebut jika ditinjau dari segi umur, suku, dan jenis kelamin. Oleh karena
itu, peneliti mengusulkan judul penelitian “Analisis perbedaan motivasi belajar
ditinjau dari umur, suku, dan jenis kelamin peserta didik di SMP Negeri 35
Medan pada kelas VII tahun 2013”
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa masalah yang akan
diteliti, yakni:
1)
Apakah ada perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari jenis
kelamin?
2)
Apakah ada perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari jenis
umur?
3)
Apakah ada perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari jenis
suku?
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah
1)
Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari
jenis kelamin
2)
Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari
jenis umur
3)
Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik ditinjau dari
jenis suku
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian ini antara lain:
1.
Sebagai informasi motivasi belajar peserta didik ditinjau dari jenis
kelamin, umur, dan suku
2.
Sebagai informasi alternatif pelacakan tingkat motivasi dari peserta
didik ditinjau dari jenis kelamin, umur, dan suku
B. KAJIAN TEORITIS
1. Motivasi belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu motivum,
yang artinya alasan sesuatu terjadi,
alasan tentang sesuatu hal itu bergerak atau berpindah. Kata motivum diartikan dalam bahasa Inggris yaitu motivation (Djiwandono,
2006). Motivasi merupakan
sesuatu yang membuat individu bergerak,
memunculkan tingkah
laku untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan
(Sobur,
2003). Pada dasarnya motivasi itu terjadi
karena adanya keinginan untuk memenuhi faktor-faktor yang belum terpenuhi (Schiffman, 2007). Motivasi adalah salah satu fasilitas
atau kecenderungan individu untuk
mencapai tujuan. Individu yang memiliki motivasi,
akan memiliki kegigihan dan semangat
dalam melakukan aktifitasnya (Chernis dan Goleman,
2001).
Chernis dan Goleman (2001) juga menjelaskan bahwa individu yang memiliki motivasi
merupakan individu yang
memiliki 4 aspek seperti adanya dorongan
mencapai sesuatu, memiliki
komitmen, memiliki inisiatif, dan memiliki sikap optimis terhadap aktifitas yang dilakukan. Menurut teori motivasi belajar yang
diungkapkan Uno (dalam Sagala, 2009) juga menjelaskan
bahwa individu dikatakan memiliki motivasi
belajar, apabila individu memiliki
adanya suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan belajarnya, selain itu
adanya sikap ulet, gigih, tidak putus asa
dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. Individu yang memiliki sikap tidak jenuh dalam pelajaran, dan selalu
mencari cara untuk menemukan ide-ide dalam belajar turut serta dikatakan sebagai
individu yang memiliki motivasi belajar yang kuat.
Menurut pandangan
perspektif kognitif, pemikiran siswa yang mengarahkan siswa menuju ke arah yang diinginkan
dan akan diwujudkan disebut
motivasi. Motivasi belajar yaitu sesuatu hal yang
membuat individu ingin melakukan hal yang ingin dicapai, sesuatu
yang membuat individu tersebut tetap ingin melakukannya dan membantu individu dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademiknya. Adanya pandangan
perspektif kognitif, yaitu suatu pandangan mengenai minat yang menekankan pada ide-ide dari motivasi internal untuk mencapai sesuatu. Pandangan perspektif kognitif ini menjelaskan
pentingnya penentuan tujuan, perencanaan dan
monitoring untuk menentukan suatu tujuan (Santrock, 2008).
2. Hal-hal yang mempengaruhi
motivasi belajar
a. Motivasi Ekstrinsik
Sesuatu yang terjadi disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal individu, biasa disebut dengan motivasi
ekstrinsik (Omrod, 2009).
Motivasi ini terjadi apabila siswa mengharapkan sesuatu dari hasil belajarnya, misalnya pujian. Perspektif behavioral menekankan
suatu perilaku yang dilakukan akan diulangi kembali apabila
perilaku tersebut diberikan suatu respon (Santrock, 2008). Ketika siswa merasa putus asa, merasa
sesuatu
hal yang telah dilakukan, namun tidak dianggap berarti atau penting oleh orang
tua, guru, dan lingkungan sering kali motivasi belajar siswa menjadi turun dan menjadi malas. Peranan motivasi ekstrinsik menjadi penting sebagai penguat
dan pendorong, dengan banyak
cara, seperti pujian ketika mendapat nilai bagus kepada siswa, memiliki arti bahwa siswa itu dipandang memiliki kemampuan, adanya rasa kepuasan
dan tidak merasa sia-sia dengan usaha
belajarnya (Slavin, 1994)
Suatu imbalan atau hukuman
sebagai
konsekuensi
dari faktor eksternal yang disebut motivasi ekstrinsik
ini berkemungkinan untuk mengontrol perilaku atau memberikan pemahaman informasi kepada
siswa sebagai remaja.
Imbalan atau hukuman dapat diberikan
sebagai pengarahan karena siswa tersebut
mampu menyelesaikan tugas akhirnya dan
berkompeten sehingga menjadi penyemangat, namun
tidak menjadi suatu ketergantungan (Santrock, 2008).
b. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik yaitu dorongan
yang berasal dari dalam diri. Dorongan
ini dilakukan demi untuk mencapai
sesuatu tujuan itu sendiri (Santrock, 2008). Motivasi instrinsik menekankan bahwa siswa yang melakukan suatu usaha
tertentu,
karena
kemauan siswa tersebut. Motivasi intrinsik
mengarahkan siswa-siswi mempunyai pilihan
dan peluang untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas pembelajaran siswa tersebut. Salah satu contoh
motivasi intrinsik yaitu pada mata pelajaran Sains,
ketika siswa diajak membagi
kelompoknya sendiri untuk melakukan eksperimen, dan pada saat itu siswa
memiliki peluang untuk mengenal kelompoknya,
mengerjakan tugas karena merasa
memiliki tanggung jawab, dan mengembangkan tugas sebagai hasil yang terbaik
dibanding kelompok
lain.
Motivasi intrinsik biasanya ditingkatkan dengan
banyak
cara, salah satunya dengan
membuat siswa merasa tertarik
dan tidak jenuh untuk melakukan proses belajar. Salah satu contohnya
bisa dilakukan dengan guru sebagai pembimbing dan pendidik untuk mengajar
dengan metode yang bervariasi, menarik, mengambil contoh kehidupan sehari-hari
sesuai perkembangan
belajar siswa. Adanya hal ini, siswa merasa
selalu ingin tahu variasi belajar yang akan diberikan selanjutnya. Permainan- permainan seperti
games di kelas juga akan menarik rasa ingin
tahu dan menimbulkan motivasi intrinsik dari dalam diri siswa
(Djiwandono, 2006). Pada hakikatnya motivasi yang berasal dari dalam diri individu, akan berkembang
dengan baik, apabila dapat
diterapkan dengan banyak metode dan variasi. Ketika belajar keterampilan guru dan siswa sangat dibutuhkan untuk
menciptakan dukungan belajar, seperti: nonton video sejarah 17 Agustus, bercerita, membuat
tugas dengan bentuk kliping koran.
Keterampilan ini akan memunculkan
dorongan belajar dari dalam
diri siswa, agar siswa merasa pelajaran tidak kaku,
menyenangkan dan akan terus
mengembangkan
kreativitas
siswa
(Boekaerts,
2002).
Motivasi ini mengarahkan agar siswa-siswi
mampu memiliki kesempatan untuk
mengorganisir, merencanakan, menentukan tujuan dan mencapai tujuan tersebut.
tujuan dan mencapai tujuan tersebut. Motivasi ini sangat didukung oleh pendekatan kognitif, karena individu akan lebih ingin
melakukan sesuatu yang menjadi
tujuannya
sendiri
(Santrock,
2008).
3. Aspek-aspek
dalam motivasi belajar
Motivasi belajar yang baik, memiliki aspek-aspek (Chernis dan Goleman, 2001), sebagai berikut :
1.
Dorongan mencapai sesuatu
Suatu kondisi yang mana individu
berjuang terhadap sesuatu untuk meningkatkan dan memenuhi standart atau kriteria yang ingin dicapai dalam belajar.
2.
Komitmen
Salah satu aspek yang cukup penting dalam proses belajar ini,
adanya komitmen di kelas. Siswa yang memiliki komitmen dalam
belajar, mengerjakan tugas
pribadi dan kelompoknya tentunya mampu menyeimbangkan tugas
yang harus didahulukan terlebih
dahulu. Siswa yang memiliki komitmen juga merupakan siswa yang merasa bahwa Ia memiliki
tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, harus belajar. Tidak hanya itu, dengan kelompoknya juga, siswa yang memiliki komitmen memiliki kesadaran
untuk mengerjakan tugas bersama-sama.
3.
Inisiatif
Kesiapan
untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang atau kesempatan yang ada. Inisiatif
merupakan salah satu proses siswa dapat dilihat kemampuannya,
apabila siswa tersebut memiliki pemikiran dari dalam diri untuk melakukan
tugas dengan disuruh orang tua atau siswa sudah memiliki pemahaman untuk menyelesaikan tugas pekerjaan
rumah
tanpa di suruh orang tua. Siswa yang memiliki inisiatif, merupakan
siswa yang sudah memiliki pemikiran dan pemahaman sendiri dan melakukan sesuatu berdasarkan kesempatan yang ada. Ketika siswa menyelesaikan
tugas, belajar untuk ujian, maka siswa memiliki kesempatan
untuk memperluas pengetahuan serta dapat menyelesaikan hal lain yang
lebih bermanfaat lagi.
4.
Optimis
Suatu sikap yang gigih dalam mengejar
tujuan tanpa perduli adanya kegagalan dan kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis, tidak akan menyerah ketika belajar ulangan, meskipun
mendapat nilai yang jelek, tetapi siswa yang memiliki rasa optimis tentunya akan terus belajar
giat untuk mendapat
nilai yang lebih baik. Optimis merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa,
agar siswa belajar bahwa kegagalan dalam belajar bukanlah
suatu akhir belajar
dan bukan berarti siswa itu merupakan siswa
yang “bodoh”.
4. Teori-teori
Motivasi
Seseorang
melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor, kebutuhan
biologis, insting, dan mungkin unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya
pengaruh perkembangan manusia. Sebenarnya semua faktor itu tidak dapat
dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan yang
bersifat biologis maupun psikologis.
Dengan demikian,
dapatlah ditegaskan bahwa motivasi, akan selalu berkait dengan soal kebutuhan. Teori
tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada dikalangan para
psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu
hirarki, yaitu tingkatan dari bawah keatas.
Dalam hal ini
ada beberapa teori tentang motivasi yang bergayut dengan
soal kebutuhan.
a.
Kebutuhan fisiologis,
seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.
b.
Kebutuhan akan keamanan
(security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan
c.
Kebutuhan akan cinta
dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga,
sekolah, kelompok)
d.
Kebutuhan untuk mewujudkan
diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam
bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi. Dengan istilah lain, kebutuhan
untuk berusaha kearah kemandirian dan aktualisasi diri
Disamping itu
ada teori lain yang perlu diketahui yaitu:
a.
Teori
Insting
Menurut teori
ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang.
Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan.
Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa
dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.
b.
Teori
Fisiologis
Teori ini
disebutnya “Behaviorus theories”. Menurut teori ini semua tindakan
manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau
kebutuhan untuk kepentingan
fisik, atau
disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makan, minum, udara
dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori
inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, strunggle
for survival.
c.
Teori
Psikoanalitik
Teori ini lebih
ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap
tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh
dari teori ini adalah Freud.
Para ahli jiwa
memberi tekanan yang berbeda pada motivasi, akibatnya saran tentang
pembelajaran juga berbeda-beda. Mc Dougall dan Freud menekankan pentingnya
motivasi intrinsik. Skinner dan
Bandura
menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa
kedua motivasi tersebut sama pentingnya.
5.
Fungsi Motivasi
Dari uraian
diatas dijelaskan bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi
serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi, adalah:
a.
Mendorong timbulnya
kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan
seperti belajar
b.
Sebagai pengarah,
artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan
c.
Sebagai penggerak, ia
berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Sedangkan
menurut Sardiman fungsi motivasi ada tiga macam, antara lain:
a)
Mendorong manusia untuk
berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
b)
Menentukan arah
perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c)
Menyeleksi perbuatan,
yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan
dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan
tujuan.
Disamping itu,
ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha
dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang
baik.
Intensitas
motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya. Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi
itu, ada beberapa indikator seseorang yang memiliki motivasi, yaitu:
a.
Tekun menghadapi tugas
(dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti
sebelum selesai
b.
Ulet menghadapi
kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya)
c.
Menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah
pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi,
penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
d.
Lebih senang bekerja
mandiri
e.
Dapat mempertahankan
pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
f.
Tidak mudah melepaskan
hal yang diyakini itu
g.
Senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal
Apabila
seseorang memiliki indikator seperti di atas, berarti seseorang itu selalu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar-mengajar akan
berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan
berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Siswa yang
mempunyai achievemet motivation, biasanya beraspirasi positif dan
memiliki taraf aspirasi yang bersifat realistik. Yang dimaksud achievement
motivation adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf
prestasi belajar yang setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri.
Siswa yang demikian itu, mempunyai atau menunjukkan ciri-ciri, sebagai berikut:
a)
Kecenderungan
mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun tidak berada diatas taraf
kemampuannya
b)
Keinginan untuk bekerja
dan berusaha sendiri, serta menemukan penyelesaian masalah sendiri tanpa
disuapi terus menerus oleh guru
c)
Keinginan kuat untuk
maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit diatas taraf yang telah
dicapai sebelumnya
d)
Pemilihan teman kerja
atas dasar kemampuan teman itu untuk menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan
atas dasar rasa simpati atau perasaan senang terhadap teman itu
e)
Keuletan dalam belajar,
biarpun menghadapi rintangan
6.
Cara-cara Membangkitkan
Motivasi Belajar di Sekolah
Membangkitkan
motivasi belajar di sekolah tidaklah mudah. Untuk itu guru perlu mengenal
murid, dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan
kebutuhan dan minat anak. Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam-macam
cara untuk membangkitkan motivasi anak di sekolah. Namun tidak semua cara
memotivasi itu memberi efek atau membangkitkan motivasi yang sama bagi semua
anak.
Diantara cara
membangkitkan motivasi belajar itu adalah sebagai berikut:
a.
Menjelaskan kepada
siswa, mengapa suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan apa
kegunaannya untuk kehidupan kelak
b.
Mengaitkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah, sepanjang hal itu
mungkin
c.
Menunjukkan antusiasme
dalam mengajar bidang studi yang dipegang dan menggunakan prosedur mengajar
yang sesuai
d.
Mendorong siswa untuk
memandang belajar disekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan,
sehingga siswamempunyai intensi untuk belajar dan menyelesaikan tugasnya dengan
sebaik mungkin. Memang ini belum tentu membuat siswa bermotivasi intrinsik dan
merasa bertanggung jawab, tetapi paling sedikit membuat siswa terarah pada
pencapaian suatu tujuan.
e.
Menciptakan iklim dan
suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk menghindari
kegagalan, lebih-lebih bagi siswa yang cenderung takut gagal. Hal ini berarti
bahwa ada siswa yang perlu ditantang dan ada yang perlu dituntun dan didampingi
f.
Memberikan hasil
ulangan dalam waktu sesingkat mungkin dan mengembalikan tugas PR yang telah
dikoreksi
g.
Partisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler, demi meningkatkan hubungan kemanusiaan dengan siswa
h.
Menggunakan
bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antara siswa dengan siswa atau
kelompok-kelompok siswa, dengan menjaga jangan sampai kompetisi menjadi alasan
untuk saling bermusuhan
i.
Menggunakan insentif,
seperti pujian dan hadiah berupa materi secara wajar dan tidak secara
berlebihan. Demikian pula hukuman dan celaan patut diberikan bila ada alasan
yang cukup kuat, namun dengan cara sedemikian rupa, sehingga siswa tidak merasa
sakit hati atau hubungan dengan guru terganggu. Pada umumnya, siswa remaja
tidak suka bila guru menyindir, mengejek, ngecing, dan lain sebagainya. Mereka
lebih suka diberi tahu secara terus terang, apa yang salah dan bagaimanakah
bentuk tingkah laku yang tepat.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 35
Medan. Sebagai sampel penelitian ditunjuk kepada siswa kelas VII SMP Negeri 35
Medan dengan jumlah responden 30 orang.
Waktu penelitian dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 14 Mei 2013. Bersesuaian dengan kesempakatan dari pihak sekolah
tempat penelitian. Waktu yang relatif singkat ini dilaksanakan karena bentuk
instrumen atau metode penelitian yang digunakan relatif sederhana yakni dengan
menggunakan angket.
Metode penelitian dirancang menggunakan
metode survei dengan 30 menyebarkan angket yang seragam kepada responden.
Dengan skala ketercapaian indikator setiap butir pertanyaan/ pernyataan rentang
0 – 4 dengan kriteria sangat tidak setuju – sangat setuju.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Hasil
perhitungan tentang besaran nilai pencapaian indikator secara umum disajikan
dalam tabel berikut:
U Tahun
|
S
|
JK
|
X
|
Kode Indikator (KI)
|
Nilai X
|
Ket
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||||
13
|
Batak
|
P
|
X1
|
16
|
15
|
11
|
20
|
15
|
15
|
11
|
17
|
120
|
B
|
14
|
Batak
|
P
|
X2
|
18
|
10
|
10
|
16
|
14
|
16
|
10
|
14
|
108
|
B
|
13
|
Batak
|
P
|
X3
|
14
|
9
|
12
|
13
|
13
|
10
|
12
|
14
|
97
|
B
|
12
|
Batak
|
P
|
X4
|
20
|
17
|
17
|
20
|
17
|
16
|
5
|
20
|
132
|
SB
|
14
|
Batak
|
P
|
X5
|
16
|
14
|
15
|
11
|
12
|
13
|
10
|
8
|
99
|
B
|
14
|
Mandailing
|
P
|
X6
|
19
|
13
|
11
|
20
|
19
|
16
|
11
|
16
|
125
|
B
|
12
|
Padang
|
P
|
X7
|
13
|
8
|
8
|
15
|
15
|
15
|
4
|
10
|
88
|
C
|
13
|
Batak
|
P
|
X8
|
16
|
13
|
14
|
15
|
12
|
12
|
17
|
13
|
112
|
B
|
12
|
Sunda
|
P
|
X9
|
17
|
16
|
7
|
15
|
12
|
16
|
15
|
8
|
106
|
B
|
13
|
Jawa
|
P
|
X10
|
15
|
16
|
3
|
13
|
12
|
16
|
0
|
8
|
83
|
C
|
12
|
Batak
|
P
|
X11
|
16
|
14
|
14
|
14
|
14
|
15
|
12
|
12
|
111
|
B
|
13
|
Batak
|
P
|
X12
|
13
|
11
|
11
|
12
|
14
|
12
|
8
|
16
|
97
|
B
|
13
|
Jawa
|
P
|
X13
|
19
|
11
|
15
|
16
|
16
|
16
|
18
|
13
|
124
|
B
|
12
|
Padang
|
P
|
X14
|
12
|
11
|
9
|
12
|
12
|
14
|
10
|
11
|
91
|
C
|
12
|
Batak
|
P
|
X15
|
15
|
10
|
10
|
14
|
16
|
12
|
13
|
16
|
106
|
B
|
13
|
Padang
|
P
|
X16
|
13
|
6
|
8
|
14
|
15
|
14
|
10
|
9
|
89
|
C
|
13
|
Batak
|
P
|
X17
|
17
|
14
|
13
|
14
|
15
|
14
|
13
|
16
|
116
|
B
|
13
|
Jawa
|
P
|
X18
|
18
|
14
|
9
|
17
|
16
|
16
|
0
|
12
|
102
|
B
|
13
|
Batak
|
P
|
X19
|
12
|
10
|
10
|
10
|
10
|
11
|
5
|
8
|
76
|
C
|
12
|
Nias
|
L
|
X20
|
20
|
17
|
15
|
19
|
17
|
19
|
12
|
16
|
135
|
SB
|
13
|
Batak
|
L
|
X21
|
15
|
15
|
12
|
15
|
11
|
13
|
15
|
15
|
111
|
B
|
13
|
Batak
|
L
|
X22
|
15
|
15
|
11
|
14
|
11
|
15
|
11
|
14
|
106
|
B
|
13
|
Jawa
|
L
|
X23
|
15
|
15
|
14
|
18
|
13
|
17
|
6
|
16
|
114
|
B
|
14
|
Jawa
|
L
|
X24
|
16
|
13
|
14
|
18
|
14
|
17
|
8
|
14
|
114
|
B
|
13
|
Jawa
|
L
|
X25
|
15
|
14
|
8
|
14
|
13
|
11
|
13
|
13
|
101
|
B
|
13
|
Jawa
|
L
|
X26
|
13
|
14
|
8
|
14
|
13
|
14
|
12
|
13
|
101
|
B
|
14
|
Aceh
|
L
|
X27
|
17
|
15
|
11
|
14
|
13
|
17
|
15
|
12
|
114
|
B
|
13
|
Batak
|
L
|
X28
|
15
|
14
|
10
|
14
|
13
|
13
|
11
|
11
|
101
|
B
|
13
|
Batak
|
L
|
X29
|
20
|
17
|
9
|
20
|
19
|
15
|
11
|
14
|
125
|
B
|
13
|
Jawa
|
L
|
X30
|
16
|
14
|
18
|
14
|
16
|
15
|
10
|
9
|
112
|
B
|
Nilai KI
|
476
|
395
|
337
|
455
|
422
|
435
|
308
|
388
|
|||||
Ket
|
B
|
B
|
C
|
B
|
B
|
B
|
C
|
B
|
Keterangan Tabel
X : Responden
U : Umur
S : Suku
JK : Jenis Kelamin
Kode
Indikator:
(1)
kuatnya kemauan untuk berbuat,
(2)
jumlah waktu yang disediakan untuk belajar,
(3) kerelaan meninggalkan kewajiban/tugas lain,
(4) ketekunan dalam mengerjakan tugas,
(5) dapat mempertahankan pendapatnya,
(6) ulet dalam menghadapi kesulitan,
(7) lebih senang bekerja mandiri, dan
(8) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah orang dewasa.
Klasifikasi Keteragan
Responden
0
– 32 : Sangat Tidak Baik
(STB)
33
– 64 : Tidak Baik (TB)
65
– 96 : Cukup (C)
97
– 128 : Baik (B)
129
– 160 : Sangat Baik (SB)
Klasifikasi Keteragan
Kode Indikator
0
– 120 : Sangat Tidak Baik (STB)
121
– 240 : Tidak Baik (TB)
241
– 360 : Cukup (C)
361
– 480 : Baik (B)
481
– 600 : Sangat Baik (SB)
Tabel Spesifikasi
Persen Data Tingkat Motivasi Masing-masing Responden
Skala
|
Persen
(%)
|
SB
|
6,67
|
B
|
76,67
|
C
|
16,67
|
TB
|
0
|
STB
|
0
|
Grafik Spesifikasi
Persen Data Tingkat Motivasi Masing-masing Responden
Dari data tabel dan
visualisasi grafik persen data tingkat motivasi masing-masing peserta didik,
ternyata 6,67% dari sampel penelitian memiliki motivasi yang sangat baik,
76,67% memiliki motivasi baik, dan 16,67% memiliki motivasi yang cukup baik.
Jadi, sampel responden di SMP N 35 Medan memiliki motivasi yang baik.
Tabel Spesifikasi
Persen Data Skala Ketercapaian Indikator Motivasi
Persen
(%)
|
|
SB
|
0
|
B
|
75
|
C
|
25
|
TB
|
0
|
STB
|
0
|
Grafik Spesifikasi
Persen Data Skala Ketercapaian Indikator Motivasi
Tabel dan grafik di
atas merepresentasikan bahwa 25% indikator motivasi tercapai dengan skala cukup
dan 75% menyatakan pencapaian indikator motivasi belajar dengan skala baik.
Jadi, secara umum, indikator motivasi belajar yang diajukan peneliti kepada
responden di SMP N 35 Medan telah tercapai dengan baik sehingga indikator ini
juga dapat digunakan sebagai bahan acuan standar dalam penelitian indikator
motivasi belajar di lain waktu dan tempat.
Tabel Spesifikasi
Persen Data Tingkat Perbedaan Motivasi ditinjau dari Jenis Kelamin
Skala
|
Laki-Laki
(%)
|
Perempuan
(%)
|
SB
|
9,09
|
5,26
|
B
|
90,91
|
68,42
|
C
|
0
|
26,32
|
TB
|
0
|
0
|
STB
|
0
|
0
|
Grafik Spesifikasi
Persen Data Tingkat Perbedaan Motivasi ditinjau dari Jenis Kelamin
Dari informasi tersebut
di atas, terdapat perbedaan yang cukup terlihat terutama dari grafik yang
menunjukkan bahwa motivasi peserta didik laki-laki lebih baik dari perempuan.
Hal ini jelas berbeda dengan konsepsi awal peneliti tentang perbedaan motivasi
jika ditinjau dari jenis kelamin. Menurut peneliti, hal ini disebabkan oleh
banyak hal terutama jumlah responden yang tidak seimbang, yakni 19 perempuan
dan 11 laki-laki. Jadi dalam hal ini kuantitas perempuan jauh lebih banyak
dalam perumusan kesalahan data. Kemudian hal lain yang berpengaruh adalah
ketidak-seriusan responden dalam mengisi kuesioner yang diberikan. Hal ini
menyebabkan ketidak-benaran data yang diisi sesuai dengan pribadi responden
tentang gambaran motivasi dirinya yang sesungguhnya.
Tabel Spesifikasi
Persen Data Tingkat Perbedaan Motivasi ditinjau dari Umur
Skala
|
Umur
12(%)
|
Umur
13(%)
|
Umur
14(%)
|
SB
|
28,57
|
0
|
0
|
B
|
42,86
|
83,33
|
100
|
C
|
28,57
|
16,67
|
0
|
TB
|
0
|
0
|
0
|
STB
|
0
|
0
|
0
|
Grafik Spesifikasi
Persen Data Tingkat Motivasi Masing-masing Responden
Dari grafik dan data
ini, jelas terlihat bahwa responden dengan umur yang sedikit lebih tua dari
yang lainnya memiliki tingkat motivasi yang paling baik dibandingkan dengan
yang lainnya. Data data juga, pada umur 12 tahun terlihat data terdistribusi
merata. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakkan responden pada umur ini belum
mampu memiliki kemampuan memahami diri dengan baik dan cenderung tidak stabil.
Jadi, asumsi peneliti tentang umur yang lebih tua lebih memiliki motivasi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan umur di bawahnya.
Tabel Spesifikasi
Persen Data Tingkat Perbedaan Motivasi ditinjau dari Suku
Skala
|
B
|
J
|
A
|
N
|
P
|
S
|
M
|
SB
|
6,67
|
0
|
0
|
100
|
0
|
0
|
0
|
B
|
86,7
|
87,5
|
100
|
0
|
100
|
100
|
100
|
C
|
6,67
|
12,5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
TB
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
STB
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Grafik Spesifikasi
Persen Data Tingkat Perbedaan Motivasi ditinjau dari suku
Dari data perbedaan
motivasi ditinjau berdasarkan suku yang di gambarkan di atas, terlihat bahwa
masing masing suku yang diwakili oleh satu atau beberapa responden di SMP N 35
Medan ini secara umum berada pada skala baik. Berdasarkan keadaan data, sangat
sulit untuk membandingkan perbedaan motivasi antar suku. Hal ini disebabkan
karena distribusi suku responden yang tidak merata dari unsur jumlah atau
kuantitasnya.
E.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil penelitian, maka simpulan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
(1) Terdapat perbedaan motivasi responden (peserta didik) ditinjau dari jenis
kelamin. Laki-laki memiliki motivasi yang lebih baik dibandingkan dengan
perempuan. Akan tetapi, jika dikaji lebih terinci maka hal ini juga dapat
berubah oleh karena beberapa hal seperti kondisi peserta didik dan kuantitas
responden yang dijadikan sampel. (2) Terdapat perbedaan motivasi responden
(peserta didik) ditinjau dari umur. Responden dengan umur yang lebih tua
memiliki motivasi yang lebih baik dibandingkan dengan responden dengan umur
lebih muda. Akan tetapi tetap diperhatikan juga, bahwa ini terjadi dalam
rentang atau skala umur yang tidak terpaut jauh dari yang lainnya. Jadi, tetap
dipahami bahwa hal tersebut berlaku pada usia sekolah menengah pertama dengan
umur sekitar 12 tahun sampai 14 tahun. (3) Dari sisi suku, peneliti tidak mampu
menunjukkan kelebihan dari masing-masing responden dalam hal motivasi yang
dimiliki. Ini didasarkan pada data yang dihimpun tidak menunjukkan distribusi
yang merata pada setiap komponen suku yang ingin dibedakan. Akan tetapi, dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa suku Batak, Jawa, Sunda, Aceh, Nias, Padang,
dan Mandailing memiliki tingkat motivasi yang baik.
Dari
keseluruhan hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang disarankan untuk
meningkatkan kualitas penelitian tantang motivasi peserta didik ini antara
lain: (1) Peneliti hendaknya telah memiliki kemampuan dalam mengenali responden
yang ingin dijadikan sampel. Hal ini sangat membantu menunjukkan kebenaran akan
pribadi responden yang sebenarnya, (2) Peneliti hendaknya memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola data penelitian dengan kondisi
yang berbeda beda. Hal ini cukup membantu dalam memperluas atau memperkaya
makna hasil penelitian, (3) peneliti hendaknya mampu memilih dan menetapkan
responden dalam distribusi yang merata terutama jika peneliti ingin mengulas
lebih rinci dan lebih detail. Hal ini berkaitan dengan data yang akan diolah
dengan kuantitas responden yang terdistribusi merata.
DAFTAR PUSTAKA
Alex
Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta:
PT Rineka Cipta, Edisi Revisi V
Abu
Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen
Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai
Pustaka, edisi ketiga
Dimyati
dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gunarso,
Singgih. D. 1981. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Gerungan.
1983. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Erisko
Hamalik,
Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Hamalik.
1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Jacob
Azerrad, PH. D. 2005. Membangun Masa Depan Anak. Bandung: Nusa
Polack
M. 1982. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Ictisar Baru
Syamsudin.
2002. Hubungan Disiplin Belajar dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Siswa SLTP Negeri di Kabupaten Malang. Tesis. Tidak Diterbitkan.
Universitas Negeri Malang
Sumadi
Suryabrata. 2007. Psikologi Pendididkan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sudjana.
1984. Metode Statistika. Bandung: TarsitoSantrock, John. 2002. Life-Span
Development. Terjemahan Oleh Juda Damanik, Ahmad Chusairi. Jakarta:
Erlangga
Sardiman
A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Syaiful
Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta
Sumarto.
1981. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Yogyakarta: Bursa Buku
Singgih
Gunarsa. 2007. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: gunung Mulia
Soesilo
& Windradini. 1985. Psikologi Perkembangan. Surabaya: Usaha Nasional
Tadjab.
1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar